Minggu, 05 Februari 2012

4 Ways to Get a Promotion in 2012


Things are looking up for the job market in 2012, but we're not out of the woods yet. If you're hoping for a promotion in the new year, be aware that it will be tough--but not impossible.

Follow these four tips to get a promotion and climb the corporate ladder even in a stagnant economy:

[See our list of the 50 Best Careers.]

1. Focus on achievements. No one gets a promotion without being valuable to a company, and the best way to show your value is by focusing on your achievements. Rather than describing your day-to-day duties, focus on things you accomplished at your current position, namely, specific results.

Using numbers is a great strategy. For example, "increased profits by 40 percent" or "doubled sales in the first quarter" give tangible, measurable amounts of value you provided your company. When talking to your manager about a promotion, make sure to convey your value in the form of your achievements.

2. Ask for more. Show that you're ready to take the next step by taking on more responsibility. Ask for--and volunteer for--more tasks and projects, especially those that correspond with your desired post-promotion position. Also, take the initiative and go the extra mile on anything you're assigned. In order to get a promotion, you need to show you're not only able to handle extra responsibility, but able to produce quality work at the same time.

[See 6 Tips for Landing a Job in 2012.]

3. Up your skills. Show your employer that you're committed to a future at your company and to a higher position by investing in some professional development and training programs. Staying on top in the business world means keeping your skills up-to-date with the newest technology, best practices, etc.

Not sure what skills you should improve? Look into the skills necessary for the position you want. What are some skills people at that level have? More importantly, what are some skills people at that level should have but don't? If you can offer a necessary skill that's currently lacking at your desired level, you're offering your employer a great opportunity to promote.

[See 10 Workplace Myths, Debunked.]

4. Be patient. Even though hiring is expected to rise this year, companies are still bouncing back from the recession and the economy is still tough. If you've made it clear you want a promotion and have done your best to showcase your achievements, capabilities, and skills, the rest is out of your hands. It may be the case that your company isn't in a position to promote at the moment; while this is disappointing, it's a situation that will hopefully change in the future. Keep up the good work, and keep making your goals known.

Have you been promoted recently? Share your tips with us below.

Pertanyaan Anak yang Paling Ditakuti Orang Tua




Dari mana asalnya bayi? Pertanyaan itu sering membuat resah para orangtua sebab meski tahu jawabannya, mereka bingung cara menjawabnya. Nah, survei terbaru menunjukkan, pertanyaan yang benar-benar sulit adalah yang memang tidak diketahui jawabannya.

Contoh pertanyaan yang sering ditanyakan anak:

"Kenapa bulan kadang-kadang keluar di siang hari?"
"Bumi beratnya berapa?"
"Kenapa pesawat bisa terbang?"
"Apa kita kelak akan menemukan alien?"

"Kenapa air itu basah?"
"Pelangi terbuat dari apa?"
"Ke mana burung-burung terbang ketika musim dingin?"

Dan, tentu saja, pertanyaan favorit anak-anak: "Kenapa langit warnanya biru?"

Pertanyaan umum di atas sebenarnya dapat dengan mudah dijawab oleh para ahli cuaca, insinyur, ilmuwan, serta rujukan sejuta umat: Wikipedia. Sebenarnya terdapat data yang cukup untuk menjawab pertanyaan. Tapi banyak orangtua enggan melakukan itu.

Demi menjaga wibawa, mereka lebih suka mengalihkan pembicaraan, atau mengarang sesuatu, ketika ditanya sesuatu yang mereka tak tahu jawabannya.

Berkat acara televisi yang inovatif dan alat pembelajaran interaktif, anak-anak memang cenderung lebih paham soal sains ketimbang orangtuanya. Hasil survei menunjukkan, para orangtua percaya bahwa anak mereka lebih pandai dalam hal matematika dasar dan ilmu alam. Temuan lain: para ibu tidak memahami pertanyaan matematika sang anak — sebab dulu mereka tidak diajarkan itu di sekolah.

Tidak mudah merawat anak-anak "Generasi Facebooker", tetapi ada juga keuntungannya. Akses untuk mencari jawaban sekarang lebih mudah, dan proses penelitian dapat menjadi momen pembelajaran baik untuk orangtua dan anak.

Seorang ayah yang memiliki anak yang sangat kritis berusaha mencari semua jawaban atas pertanyaan sang anak. Ketika anaknya bertanya mengapa polisi suka makan donat, sang ayah meminta pertolongan petinggi polisi di Miami. Dijawab: “Karena toko donat ada di mana-mana, mudah dimakan dan cepat didapat. Jika dimakan di mobil dan ada panggilan darurat, bisa langsung disingkirkan.”

Dan itulah jawabannya.Menggunakan sumber dari para ahli bukanlah metode yang mudah, tetapi mungkin lebih sulit lagi untuk mengakui kepada anak Anda bahwa ada hal-hal yang Anda tidak ketahui jawabannya.

Jejaring Sosial Lebih Candu dari Rokok dan Alkohol


Ghiboo.com - Melawan keinginan untuk tidak memeriksa situs jejaring sosial agar lebih update ternyata lebih sulit daripada menolak minum minuman beralkohol dan merokok, demikian hasil penelitian terbaru.

Temuan ini didasari pada survei yang dilakukan oleh peneliti dari University of Chicago Booth School of Business di Amerika terhadap 250 orang. Peneliti memberi peserta sebuah software untuk memasukkan 8.000 laporan tentang keinginan sehari-hari para peserta.

Peneliti menemukan tidur dan seks adalah dua hal yang paling diinginkan setiap orang sepanjang hari. Namun, hasil penelitian yang akan dipublikasikan dalam Psychological Science Journal ini menunjukkan hampir sebagian besar partisipan mengungkapkan mengecek situs jejaring sosial merupakan hal yang paling sulit untuk ditolak.

Sebagai perbandingan, peneliti menemukan keinginan akan minuman alkohol dan rokok jauh lebih rendah dibandingkan mengecek Twitter dan Facebook. Padahal keduanya merupakan jenis kecanduan yang paling populer.

Penelitian yang dipimpin oleh Wilhelm Hofmann ini mengatakan tuntutan kehidupan modern membuat banyak orang sulit untuk mengontrol diri.

Semakin partisipan menahan diri untuk tidak memeriksa timeline atau menulis status update di jejaring sosial, maka akan semakin memperbesar keinginan mereka untuk mengaksesnya.

"Seiring berjalannya waktu, keinginan dan kontrol diri seseorang menjadi rendah, sehingga upaya untuk menahan godaan agar tidak membuka situs jejaring sosial lebih mungkin gagal," ungkap Hoffmann, seperti dilansir melalui Telegraph, Kamis (2/2).

Ew! 75 Persen Orang Bawa Smartphone Saat Pup

Ghiboo.com - Keunggulan smartphone membuat hidup terasa lebih nyaman. Hal inilah yang membuat banyak orang tak bisa jauh-jauh dari ponselnya.


Terbukti, smartphone tak hanya efektif membantu menyelesaikan pekerjaan, namun juga membuat aktivitas di dalam toilet terasa lebih menyenangkan.


Sebuah riset baru-baru ini dilakukan untuk mencari tahu kebiasaan pengguna ponsel saat di toilet. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh perusahaan '11 Mark' melaporkan sekitar 75 persen orang mengakui sering membawa telepon selular mereka ke toilet.


Riset ini dilakukan terhadap 1.000 orang Amerika, dan menemukan tiga dari empat orang dilaporkan sering melakukan panggilan telepon, sms-an, mengirim email hingga browsing internet selama buang air besar.


Riset ini juga mengungkapkan bahwa aktivitas yang paling sering dilakukan adalah menerima telepon (63 persen) dibandingkan melakukan panggilan telepon (41 persen).


Jika dulu, orang terbiasa membawa koran atau majalah saat sedang buang air besar. Kini, fenomena itu digantikan dengan ponsel. Dibandingkan dengan smartphone lainnya, pengguna Android dilaporkan lebih sering membawa ponselnya kedalam toilet (83 persen).


Berdasarkan jenis kelaminnya, 30 persen laki-laki dilaporkan lebih sering membawa ponselnya saat sedang berada didalam toilet dibandingkan perempuan yang hanya 20 persen.


Hasil ini tidak mengejutkan. Riset sebelumnya pada Juli lalu menemukan 19 persen orang dilaporkan ponselnya jatuh kedalam kloset.

Ingin Bayi Anda Tumbuh Cerdas, Konsumsilah Ikan


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ibu hamil yang banyak makan ikan memiliki kemungkinan lebih besar memiliki anak cerdas dan pandai bergaul. Suatu penelitian yang dibiayai Uni Eropa mengemukakan ibu hamil yang banyak makan tuna, sarden dan salmon akan melahirkan bayi yang punya kemampuan bagus dalam berbagai tes keterampilan dan kecerdasan.

Para peneliti Spanyol memeriksa dua ribu perempuan pada kehamilan pekan ke-20 dan setelah mereka melahirkan. Para ibu itu ditanyai soal makanan dan mereka menjalani tes darah untuk mengetahui tingkat omega-3 dan omega-6.

Bayi mereka dites kecerdasan verbal dan keterampilan motorik serta kemampuan bersosialisasi.
Ternyata, ibu yang mengkonsumsi ikan-ikan tersebut saat hamil, punya anak yang nilai tesnya tinggi.

Para peneliti dari University of Granada menyimpulkan bahwa Omega-3 membantu perkembangan otak dan mata janin. Hasil penelitian yang dimuat American Journal of Clinical Nutrition juga mengemukakan Omega-3 mengandung DHA yang merupakan komponen utama sel otak dan membran.

"Jumlah DHA yang dikirimkan ke janin lewat plasenta mungkin merupakan hal sangat penting dalam perkembangan janin," ungkap penelitian tersebut.

Namun, penelitian itu juga menyimpulkan bahwa terlalu banyak makan ikan-ikan tersebut juga dapat memberi dampak buruk pada perkembangan bayi. Menurut para ahli, sangat penting bagi calon ibu untuk menyeimbangkan makanan jika mereka ingin memperbanyak asupan Omega-3.

Sabtu, 04 Februari 2012

Entrepreneur, Jangan Selalu Bergaul dengan Sesama Entrepreneur!



Burung yang berbulu serupa cenderung berkelompok menjadi satu. Begitu mungkin kira-kira salah satu peribahasa yang mewakili dengan baik bagaimana masyarakat umum berpikir. Adalah sebuah hal yang lumrah saat kita menemui orang lain yang memiliki cara pikir, perilaku, visi atau mungkin hanya cara berpakaian yang sama dengan yang kita miliki, dan kemudian tertarik bagaikan magnet untuk selalu berkumpul dengan mereka.

Begitu juga dengan mayoritas entrepreneur. Mereka suka berkumpul, bertukar gagasan, atau sekadar mengobrol santai dengan sesama entrepreneur. Tapi saran saya jika Anda ingin lebih kreatif dan menelurkan lebih banyak gagasan atau solusi, aturlah waktu bergaul Anda dengan sesama entrepreneur dan mereka yang bukan entrepreneur. Apalagi jika Anda suka berkumpul dengan entrepreneur yang mendalami ceruk bisnis yang sama persis, hendaknya Anda lebih batasi.

Mengapa saya katakan demikian?Saya tidak melarang Anda untuk berinteraksi dengan rekan entrepreneur Anda tetapi jika Anda mau lebih maju, lebih kreatif, lebih inovatif; bergaul dengan mereka yang isi otaknya mirip dengan Anda hanya akan membuat Anda seperti katak dalam tempurung. Mungkin Anda masih bisa bergerak tetapi masih di situ-situ saja.

Temuilah sosok-sosok selain entrepreneur yang menonjol dalam bidang mereka. Bisa dari kalangan LSM, kelompok politisi, pelajar, mahasiswa, pengajar, jurnalis, guru, petani, buruh, akuntan, pemain musik, pelukis, dan sebagainya.

Kuncinya: Jika Anda sudah cukup memahami tentang sesuatu, pelajarilah yang lain. Dengan demikian, cakrawala pengetahuan dan pengalaman Anda sebagai entrepreneur terus berkembang luas.

Rabu, 06 Juli 2011

Kaum Perantau Lebih Mudah Sukses

Kamis, 29 Juli 2010 16:50

perantauSiapa yang menduga bahwa ada begitu banyak pelaku bisnis dari kaum perantau? Jika Anda amati lebih teliti, tentunya hal itu tidak masuk akal bukan? Banyak kaum perantau yang justru lebih sukses dalam usahanya dibandingkan kaum pribumi yang sudah lama mendiami suatu tempat.
Sebagian besar pendatang/ perantau berasal dari daerah lain yang umumnya lebih terbelakang secara ekonomi. Mereka rata-rata kurang berpendidikan dan tidak seberuntung orang lain dalam berbagai hal.

Lalu mengapa sampai dijumpai banyak kaum pendatang yang bisa mencapai keberhasilan yang menakjubkan? Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi.

1. Kaum perantau berorientasi pada uang.

Mungkin jarang sekali ditemui seorang pendatang yang mengatakan tidak datang untuk mencari uang di tempat yang baru. Mereka melakukan pekerjaan bukan semata karena mencintainya tetapi lebih karena mereka harus mendapatkan banyak uang untuk membiayai masa depan mereka dan generasi penerusnya. Dengan begitu, anak dan cucu mereka kelak bisa menjalani kehidupan yang lebih mapan dan sejahtera dari mereka sekarang.

Mereka cenderung untuk berpikiran praktis. Mereka berani untuk melakukan semua pekerjaan asal pekerjaan itu mendatangkan keuntungan berlimpah untuk mereka. Kebahagiaan adalah hal terakhir yang mereka pikirkan karena semua tenaga, pikiran dan waktu tercurah untuk mendapatkan uang yang sebanyak-banyaknya.

Sekarang kita dapat lihat bagaimana perbedaan kaum perantau dari kaum pribumi. Kaum pribumi cenderung ditatar untuk menjalani pekerjaan yang mereka sukai, sementara uang menduduki posisi sekian. Dengan pola pikir yang lebih praktis dan pragmatis, kaum perantau selalu berusaha mencetak untung dengan segala hal yang ada di sekitar mereka. Mereka lebih realistis dalam hal pekerjaan dan karir. Sementara itu, kaum pribumi cenderung lebih idealis. Mereka mengejar pekerjaan dan karir yang mereka damba dan menolak untuk tunduk pada realitas yang ada. Cita-cita seorang pendatang mungkin menjadi pedagang yang sukses, atau seseorang yang kaya. Sangat sederhana dan realisitis. Sementara seorang pribumi lebih memilih untuk bermimpi setinggi bintang. Mereka hendak menjadi astronot, pelukis, pembalap, atau cita-cita lain yang lebih menghabiskan uang daripada mendatangkan untung dalam waktu singkat.

2. Kaum pendatang adalah pecandu kerja.

Tidak ada yang menyukai bekerja lebih dari para perantau. Tidak ada istilah dalam kamus mereka untuk berhenti menikmati waktu dan hidup. Setiap detiknya adalah uang. Dan tidak semestinya mereka menghabiskan waktu tanpa rasa bersalah. Bekerja selama 40 jam per minggu mungkin terdengar cukup membosankan dan menekan bagi kaum pribumi. Tetapi lain halnya dengan kaum pribumi, semakin panjang jam kerja yang mereka harus jalani, semakin mereka senang karena itu berarti akan ada lebih banyak uang dan penghasilan yang bisa ditabung.


Kaum pendatang bisa bekerja selama 60, 70, bahkan 80 jam per minggu. Mungkin terdengar seperti sebuah fenomena yang tidak sehat bagi keseimbangan hidup seseorang dalam berbagai aspek. Namun, begitulah satu-satunya cara yang mungkin dilakukan demi mendapatkan jumlah uang yang lebih banyak. Bahkan memiliki lebih dari satu pekerjaan penuh waktu bukanlah hal yang aneh ditemui pada kaum perantau.

3. Investor sangat menyukai pendatang.

Sadarkah Anda bahwa kaum pendatang lebih seksi bagi para investor? Mereka menarik investor dengan mudah bak sekuntum bunga menarik seekor lebah untuk mengisap sari madunya. Ketertarikan investor berhubungan dengan karakteristik pendatang yang workaholic. Kaum pendatang umumnya akan bekerja jauh lebih keras dalam suatu perusahaan jika mereka ditawari kepemilikan saham perusahaan yang dimaksud, meskipun itu hanya sedikit. Mereka akan bekerja lebih rajin dibanding jika diupah untuk bekerja 80 jam seminggu.

4. Kaum pendatang sangat keras kepala dan bertekad baja.

Tekad membara untuk meraih cita-cita adalah salah satu kelebihan para pendatang. Mereka tidak ragu bekerja gratis pada awalnya untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Jika mereka ditolak atau dianggap tidak layak, mereka akan berjuang keras untuk membuktikan bahwa mereka tidak pantas untuk ditolak dan layak untuk dipilih.

5. Kaum pendatang tidak boros.

Bagi sebagian kaum pendatang yang mengalami keterbatasan dalam kondisi ekonomi, menabung dan berhemat adalah salah satu bagian terpenting dalam hidup mereka. Tidak ada celah untuk bisa dimanfaatkan sebagai alasan berperilaku boros dan ceroboh dalam pengelolaan keuangan. Mencari uang sangat susah sehingga mereka benar-benar sangat menghargai uang meskipun itu sedikit. Mereka bersedia melakukan segala cara agar dapat menghemat. Tidak ada gengsi atau rasa malu yang harus dipertahankan karena itu bahkan tidak terpikirkan oleh mereka. Mereka secara agresif melakukan penghematan dalam segala aspek. Kaum pendatang selalu bisa menjadi teladan bagaimana menjalani kehidupan yang sederhana dan hemat.

6. Kaum pendatang sangat menghargai ilmu dan pendidikan.

Banyak ditemui generasi awal kaum pendatang yang kurang beruntung dalam hal akademik. Mereka biasanya kaum yang terpinggirkan di tanah asal mereka. Dan mereka datang dengan pikiran yang lain dari pedahulunya. Mereka sangat menjunjung tinggi arti dan peran penting pendidikan dalam kehidupan mereka. Pendidikan yang tepat bisa menjadi awal investasi yang menguntungkan di masa depan. Ilmu adalah properti yang bisa menaikkan kualitas pribadi, yang akhirnya juga menaikkan tingkat pendapatan dan penghargaan masyarakat terhadap diri dan keluarganya. Mereka sadar pendidikan adalah sebuah jalan keluar bagi kesempitan kehidupan yang mereka alami sekarang. Tanpa memandang usia, mereka tidak ragu untuk kembali ke bangku kuliah atau belajar di sektor informal dengan mengambil kursus. Pendidikan adalah tangga yang memungkinkan mereka untuk sampai di strata ekonomi yang lebih baik. Kuliah ekstensi dan jarak jauh secara online adalah cara lain yang biasa mereka tempuh.

7. Kaum pendatang adalah orang-orang optimis yang tidak suka mengeluh.

Seberapapun kerasnya kehidupan yang dijalani kaum pendatang, mereka masih terus dapat bersyukur karena keadaan itu masih lebih baik dari saat mereka belum berpindah ke tempat yang baru. Keluhan jauh dari kehidupan baru mereka karena mereka optimis dalam menjalani kehidupan.

8. Kaum pendatang bersatu padu.

Unsur kebersamaan dan persatuan yang kuat sangat tercermin dalam suatu masyarakat pendatang. Mereka merasa senasib dan sepenanggungan, yang pada gilirannya memperkokoh solidaritas di antara anggota-anggotanya.

Kita bisa lihat kebersamaan itu bahkan saat mereka belum mendarat di tanah asing. Kaum pendatang suka berdatangan dalam jumlah besar, bukan seorang diri. Dan pendatang yang sudah lama menetap di tanah asing biasanya akan dengan sukarela membantu pendatang baru yang masih memiliki banyak keterbatasan, terutama dalam hal ekonomi. Para senior umumnya dengan senang hati mencarikan tempat tinggal, harta benda, pekerjaan, dan sebagainya. Mereka bahu membahu untuk mencapai kesuksesan. Dan saat pendatang yang baru telah sukses, ia akan dengan senang hati juga membantu pendatang lainnya yang belum seberuntung dia.

sumber: http://ciputraentrepreneurship.com/edukasi/3304-kaum-perantau-lebih-mudah-sukses.html#comment-157